Bukan Orang Dewasa Saja, Balita Juga Harus Membatasi Asupan Gula Harian 27/10/2021 Ilustrasi (orami.co.id) MEDIAKAMU.com - Bukan hanya orang dewasa saja, balita yang masih dalam masa pertumbuhan juga harus dibatasi asupan gula hariannya. Berdasarkan anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), batas maksimal konsumsi gula harian setiap orang cukup 10 persen dari total kebutuhan kalori. “Contoh, anak usia 2 tahun beratnya 12 kilo. Berarti kebutuhan kalorinya 1.200 kilo kalori per hari. Berapa banyak gula yang diperbolehkan, kurang dari 10 persen berarti 120 kkal. Kalau 1 gram gula mengandung 4 kilo kalori, maka anak boleh mengonsumsi maksimal 30 gram,” jelas dokter spesialis anak dr. Meta Hanindita, Sp.A. Selain jumlahnya, orangtua juga perlu mengetahui kalau asupan gula yang masuk ke tubuh anak bukan hanya pemanis yang terlihat secara wujud. Seperti tambahan gula pasir atau pun madu. Tapi dari berbagai jenis makanan lain, rata-rata telah mengandung gula tambahan. Misalnya, kecap, permen, susu, hingga biskuit camilan anak. Sehingga jika anak sudah mengonsumsi jenis makanan tersebut, sebaiknya dibatasi jumlahnya karena berisiko timbulkan masalah kesehatan. “Ada risiko karies gigi yang mana kita tahu bahwa bukan hanya bisa terjadi pada anak kecil, walaupun lebih rentan pada anak kecil, tapi orang dewasa pun dapat terkena. Selain itu juga kita perlu tahu bahwa makanan apapun yang mengandung gula tinggi, seperti permen, kemudian minuman manis, itu tidak mengandung manfaat nutrisi yang dibutuhkan oleh anak,” ujar dokter Meta. Terkait risiko sugar rush atau anak jadi bertingkah hiperaktif pasca konsumsi gula, dokter Meta menekankan hal tersebut salah. “Tidak ada jurnal ilmiah yang mengatakan konsumsi gula berlebih dapat mengakibatkan sugar rush atau hiperaktif. Tapi bukan berarti enggak apa-apa konsumsi gula, semua tetap ada porsinya masing-masing,” jelasnya. Jika konsumsi makanan atau minuman yang mengandung gula hanya sebagai rekreasional atau sesekali dalam satu minggu, menurut dokter Meta masih diperbolehkan. Akan tetapi, bisa menjadi berbahaya jika sifatnya jadi menggantikan atau anak enggan konsumsi makanan lain yang nutrisinya sangat dibutuhkan selama masa pertumbuhan. Sumber : suara.com Share Tweet Share