Usaha Ternak Lalat, Pemuda Ini Ekspor Produk Pakan dan Pupuk ke 18 Negara 12/12/2021 Foto: MNC Media MEDIAKAMU.com - Lalat merupakan jenis hewan yang banyak tidak disukai oleh manusia pada umumnya karena dianggap menjijikkan dan kotor. Namun bagi Budi Tanaka, lalat merupakan berkah tersendiri. Dari lalat inilah, dia menjalani usahanya. Dari budi daya lalat ini, dia bisa menghasilkan pundi pundi yang cukup besar. Dimana lalat yang bertelur dan menjadi larva (maggot) diubah menjadi berbagai pakan hewan dan juga pupuk. Bahkan kini usahanya sudah menaklukan pasar global. “Kini kita sudah mengekpor pakan itu ke 18 negara,” kata Budi, CEO PT Bio Cycle Indo kepada MPI Rabu (1/12/2021). Sejumlah negara tujuan ekspor pakan itu antara lain Amerika, Jepang, Taiwan dan semua negera di Eropa sepeti Francis, Ingris, Jerman. Sementara untuk dalam negeri itu terbesar di Pulau Jawa. “Produk yang kita buat yakni pakan ikan, kucing, anjing, udang, reptil, burung dan lainnya. Terbanyak kita ekspor yakni di negara di Eropa,” imbuhnya. Usaha sang eksportir milenial ini berada di Desa Sei Putih Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau. Perusahaan produksi serangga terbesar di Asia Tenggara ini berdiri di atas lahan 6 hektar. Dulu dia banyak menggeluti usaha, namun jatuh bangun. Pada akhir tahun 2018, diapun tertarik mengeluti pakan dari belatung atau larva lalat di Bogor. Disana, dia merintis usaha di bangunan 2X3 meter.”Investor luar tertarik dengan usaha saya,” ucap pria kelahiran 1987 itu. Di tahun 2020, pindah ke Riau dan membuka tempat usaha yang jauh lebih besar. Setelah beberapa dibangun, perusahaan pun berdiri. “Disini kita lihat bagaimana makanan larvanya. Pabrik sudah berdiri disini selama 10 bulan,” imbuhnya. Dia menjelaskan bahwa memilihara telor jadi larva dan lalat.”Untuk bertelor lagi membutuhkan waktu 40 sampai 45 hari. Hari ke 14 kita ambil larvanya kita jadikan produk berubah jadi tepung, minyak, pupuk dan runannya lagi kita buat pakan,” ucap pria berusia 34 tahun ini. Untuk saat ini setiap bulannya pabrik Bio Cycle Indo bisa memproduksi 50 ton kering 150 ton basah.” Ini kan belum selesai semua jadi masih kecil. Nanti kalau sudah selesai semua bisa 500 ton perbulan,” imbuh mantan pembalap ini. sumber : idxchannel.com Share Tweet Share