Perjalanan Sejarah Uang dari Barter Sampai Digital 13/10/2021 Dok : bi.go.id MEDIAKAMU.com - Jauh sebelum mengenal uang, manusia melakukan barter atau pertukaran barang atau jasa untuk barang dan jasa yang diinginkan. Misalnya saja menukar sekarung beras untuk sekantong kacang. Praktik barter telah dimulai sejak puluhan ribu tahun lalu. Bahkan, cara ini masih bertahan hingga awal manusia modern. Hanya saja masalah muncul ketika dua orang yang ingin bertukar tidak bersepakat dengan nilai pertukarannya. Apalagi jika salah satunya tidak terlalu butuh dengan hal yang akan ditukar Pada tahun 9000 hingga 6000 sebelum masehi (SM) uang komoditas yang digunakan adalah ternak. Setelah munculnya budaya pertanian, uang komoditas yang sering digunakan adalah gandum, sayuran, atau tumbuhan lain. Sekitar tahun 1200 SM, uang primitif mulai digunakan. Uang primitif yang dimaksud adalah cangkang kerang atau moluska lainnya. Kerang kecil yang digunakan sebagai uang primitif ini disebut cowrie. Benda itu berasal dari Kepualauan Maladewa di Samudra Hindia. Cowrie sendiri telah menjadi barang berharga sejak awal peradaban China dan India. Dari India, benda menarik tersebut dibawa sepanjang rute perdagangan ke Afrika. Di lain pihak, Indian Amerika menggunakan cangkang kerang kecil putih yang dihiasi ornamen. Orang Eropa menyebutnya sebagai wampum. Wampum dan cowrie menjadi mata uang di pasar setelah kedatangan orang Eropa ke negara-negara tersebut. Mata uang paling awal yang digunakan dalam transaksi komersial muncul pada milenium ke-3 SM di Mesir dan Mesopotamia. Mata uang yang dimaksud adalah emas batangan. Namun, berbeda dengan emas batangan yang ada saat ini, dulu untuk menetapkan nilainya emas harus ditimbang setiap kali dipertukarkan. Tahun 2500 SM, perdagangan mulai menggunakan mata uang emas dan perak. Untuk keamanannya, emas dan perak dibuat agar bisa dikenakan. Budaya mengenakan emas dan perak hingga kini masih terus lestari. Tahun 1000 SM, China mulai memproduksi imitasi cowrie dari bahan logam seperti perunggu dan tembaga. Hal ini dianggap sebagai bentuk koin logam paling awal. Uang logam awal ini berkembang menjadi versi primitif dari koin bulat. Koin-koin China terbuat dari logam-logam dasar dan seringkali mempunyai lubang sehingga bisa disatukan seperti rantai. Di dunia barat, koin paling awal berasal dari kota Efesus di Ionia (sekarang Turki barat) pada tahun 650 SM. Logam yang digunakan saat itu adalah electrum, paduan alami emas dan perak lokal. Koin yang dibuat berbetuk seperti kacang dan di satu sisinya terdapat cap tanda yang berbeda. Satu abad kemudian, Croesus, raja negara Lydia yang terkenal dengan kekayaannya menjadi penguasa pertama yang mencetak uang koin dengan nilai-nilai tertentu. Kota-kota Yunani dan kekaisaran Persia dengan cepat mengadopsi teknik baru mata uang logam dari Lydia ini. Pada akhir abad ke-6, mata uang umum di seluruh wilayah tersebut. Sebelum munculnya uang kertas, sekitar tahun 118 SM, China menggunakan alat tukar berupa potongan kulit rusa putih. Kulit rusa itu dipotong dengan ukuran tertentu dan diberi warna-warni berbeda. Beberapa ahli menganggap ini sebagai jenias uang kertas pertama yang didokumentasikan. Tahun 100, orang China mulai berinovasi dengan membuat uang dari kertas. Bahan yang mereka menggunakan berbagai bahan seperti linen, rami, bambu, hingga kulit murbei. Tagihan kertas pertama kali muncul selama dinasti Tang sekitar abad ke-7. Praktik ini disebut sebagai pengembangan mata uang kertas sebagai pengganti koin yang berat saat diangkut. Otoritas China setempat pada waktu itu menyarankan agar para pedagang menukarkan koin logam mereka dengan uang kertas. Uang kertas saat itu diberi nama “fei qian” atau uang terbang. Nama ini kemungkinan karena uang kertas punya kecenderungan mudah tertiup angin. Eropa baru mengenal uang kertas berabad-abad kemudian setelah Marco Polo mencapai China. Hal itu pun tidak serta mesta diadopsi oleh masyarakat Eropa. Ini karena pabrik kertas pertama di Eropa baru didirikan sekitar tahun 1150 di wilayah orang-orang Moor (saat ini Spanyol). Baru sekitar 1661, pemerintah Swedia menjadi negara Eropa pertama yang mengeluarkan uang kertas sebagai alat pembayaran yang sah. Tahun-tahun berikutnya berbagai negara Eropa melakukan hal yang sama. Seiring berjalannya waktu, membawa uang mulai dianggap tidak aman. Maraknya pencurian, perampokan, dan pemalsuan membuat orang takut menyimpan atau membawa uang dalam jumlah banyak Untuk itu, mulailah tercipta uang elektronik atau e-money. Hal ini tidak terlepas dari sistem perbankan yang memudahkan manusia menyimpan uang. Di era digital seperti saat ini, uang elektronik terus berkembang. Pembeda uang elektronik dengan uang kertas dan koin adalah bentuknya saja yang digital. Artinya, nilai yang disimpan secara elektronik, dikeluarkan pada penerimaan dana dengan jumlah yang tidak kurang nilainya daripada nilai moneter yang dikeluarkan. Hal ini merupakan tuntutan dan tantangan terhadap berbagai aktivitas digital masyarakat yang ada kini. Sumber : kompas.com Share Tweet Share