You are here
Beranda > Generasi Teknologi > Teknologi Aspal Sirkuit Mandalika, Hanya Digunakan 4 Sirkuit Di Dunia

Teknologi Aspal Sirkuit Mandalika, Hanya Digunakan 4 Sirkuit Di Dunia


Foto: Instagram/@zulkieflimansyah

MEDIAKAMU.com -

Indonesia patut bangga memiliki Sirkuit Mandalika di Provinsi NTB, sebab, tidak semua sirkuit di dunia menggunakan teknologi aspal seperti Sirkuit Mandalika.  Melansir unggahan akun Instagram Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), Pertamina Mandalika International Street Circuit bisa dibilang sebagai sirkuit yang teknologinya paling maju di dunia.

Teknologi aspal yang digunakan yakni Stone Mastic Asphalt (SMA), yang merupakan campuran aspal untuk melapisi permukaan atas aspal. Tujuannya, memperkuat struktur lapisan permukaan dengan prinsip kontak stone by stone. Sehingga volume aspal yang dipergunakan pun menjadi kecil.

Saat ini baru ada tiga sirkuit dengan teknologi SMA yaitu Silverstone di Inggris, Yas Marina di Abu Dhabi, dan Phillip Island di Australia. Jadi, Sirkuit Mandalika menambah daftarnya menjadi yang ke-4 di dunia.

Direktur Kontruksi dan Pengembangan dari Mandalika Grand Prix Associaton (MGPA) Dwianto Eko Wiryanto menyampaikan, tidak semua sirkuit di dunia menggunakan campuran SMA (Stone Mastic Asphalt).

Karena salah satu jenis aspal campuran ini terbilang baru mulai digunakan pada tahun 2014-2015. “Dengan tipe aspal Stone Mastic Asphalt (SMA), memberikan makro tekstur yang lebih baik buat pebalap,” jelasnya.

SMA memiliki daya penetrasi yang tinggi, sehingga pembalap tidak mudah terjatuh saat terjadi wet race atau jalan licin akibat air hujan.

Selain itu, memberikan grip yang baik dan pada saat yang sama memberikan resistensi yang baik saat pebalap melakukan pengereman. “Seakan-akan pada saat mereka akselerasi itu mendapat gripnya dan saat deselerasi mereka juga bisa mengontrol motornya dengan baik,” ujarnya.

Dia menuturkan, lapisan terakhir aspal ini juga menggunakan teknologi SMA yaitu mengutamakan perekatkan batu, dengan kadar aspal yang tidak terlalu banyak.

SMA mengandalkan batu. Karena batu campuran aspalnya sedikit, sehingga sirkuit membutuhkan tipe aspal yang punya performa tinggi. “Jadi kami di sini menggunakan performance grade 82, karena sebelumnya paling tinggi hanya 76,” tandas Dwi.

Sementara itu, Head of Operation–Sporting MGPA Dyan Dilato menjelaskan, aspal ini termasuk mewah, terdiri dari empat kontur yang berbeda.

“Partikel dari SMA ini tidak terlalu rapat maupun jarang, jadi sirkuit yang terbaru diharapkan memakai aspal ini,” ujar Dyan di Mandalika, pada Oktober lalu.

Jika dilihat secara detail, permukaan aspal sangat rata, kerekatan antar partikel pun tidak berdempetan, sehingga tidak ada yang menumpuk.

“Dengan memakai SMA, kita bisa membuat biaya perawatan lebih rendah dan tidak perlu resurface (pelapisan ulang) lima tahun ke depan,” jelasnya.

Sumber : kompas.com