You are here
Beranda > Media Umum > Sekolah Pakai Kurikulum Prototipe Menciptakan Pengembangan Karakter dan Pola Pikir siswa

Sekolah Pakai Kurikulum Prototipe Menciptakan Pengembangan Karakter dan Pola Pikir siswa


Foto : Kemendikbud

MEDIAKAMU.com -

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim berkunjung ke salah satu Sekolah Penggerak di Kota Bandung pada Senin (17/1) lalu.

Dalam kunjungan tersebut, Nadiem menjelaskan kurikulum prototipe yang menjadi upaya pemerintah dalam menciptakan perubahan dalam pengembangan karakter dan pola pikir siswa.

Melalui kurikulum prototipe, kata Menteri Nadiem mendorong pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa, serta memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar.

Dengan kurikulum ini, kita ingin menciptakan perubahan pada anak yang memiliki kemampuan berkolaborasi, kemampuan berpikir kritis, belajar berdebat, dan membuat inisiatif-inisiatif sesuai dengan kebutuhannya,” terang Menteri Nadiem di SMPN 2 Kota Bandung, pada Senin (17/1/2021) dilansir dari laman Kemendikbud.

Tidak hanya itu, kurikulum prototipe juga memberi fleksibilitas dan ruang besar bagi kearifan lokal, sehingga setiap satuan pendidikan dapat menunjukkan karakter dan keunikannya masing-masing.

Ini adalah kesempatan bagi Bapak/Ibu guru untuk melakukan perubahan, jadi mohon untuk tidak disia-siakan,” ujar Menteri Nadiem.

Kepala SMPN 2 Kota Bandung, Erni Kusniati menuturkan sekolahnya telah menerapkan kurikulum prototipe untuk siswa didik kelas VII. “Kurikulum prototipe ini memberikan kemerdekaan kepada sekolah untuk menerapkan sistem pembelajaran sesuai dengan kebutuhan sekolah. Tujuan pembelajarannya diserahkan ke sekolah,” urai Erni.

Melalui kurikulum ini, tutur Erni, sekolahnya mengedepankan project-based learning agar bakat dan kompetensi siswanya dapat dikembangkan. “Kurikulum ini kami mengedepankan proyek. Anak-anak sangat antusias menyambutnya. Bahkan siswa kelas 8 dan kelas 9 yang masih menerapkan kurikulum 2013 walaupun disederhanakan mereka ingin pembelajarannya berbasis proyek karena menyenangkan,” ujarnya.

Melalui kurikulum ini juga, tambah Erni, para siswa menjadi memiliki tantangan untuk mengembangkan karakternya hingga terbentuk profil Pelajar Pancasila. “Anak-anak mengaku menjadi lebih bertanggung jawab dan memiliki banyak teman, karena mereka berkolaborasi. Itu karakter yang tumbuh pada anak,” tuturnya.

Dengan menjadi sekolah penggerak, banyak tantangan yang harus dikembangkan terutama dalam hal digitalisasi sekolah.

Terutama untuk para guru yang harus memahami atau melek ilmu teknologi agar bisa menjawab kebutuhan siswa.

Para guru mau tidak mau harus sudah melek IT (Ilmu Teknologi). Sekarang teaching at the right level (mengajar sesuai kebutuhan siswa). Jadi sekolah sudah harus mengakses siswanya, mengetahui gaya belajar, hobi, dan sebagainya,” urai Erni.